Lagi, Sertifikasi Menuai Aksi

Posted: 04/03/2009 in My Folder

belajarPuluhan guru dengan setelan formal sejak pukul 09.00 Rabu (25/2) pekan lalu bergerombol sambil duduk di sekitar lapangan J9 UM, tepat di depan Sasana Budaya. Terdengar diskusi ringan di antara mereka. Namun tak lama. Beberapa waktu kemudian, mereka beranjak menuju ke basement gedung Sasana Budaya, tempat sekretariat PSG Rayon 15 UM. Mereka adalah peserta Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang membentuk komunitas dengan menamakan diri Forum Penuntut Keadilan (FPK) PLPG 2008. Kedatangan ke sekretariat Panitia Sertifikasi Guru (PSG) 15 Rayon Universitas Negeri Malang (UM) di basement gedung Sasana Budaya UM ini untuk melakukan aksi. Ini aksi yang kedua setelah pada akhir Januari lalu, terjadi aksi serupa oleh guru yang mengatasnamakan Forum Korban Sertifikasi (Forbanser). ”Kami ke sini meminta keadilan untuk teman-teman kami, 183 orang yang tidak lulus sertifikasi. Sebelumnya, diumumkan kami harus mengulang proses sertifikasi mulai dari nol, yaitu membuat portofolio baru, jelas kami tidak setuju. Kami sudah memunyai portofolio yang lama, kenapa kami harus mengulanginya dari awal?” urai Ketua FPK PLPG 2008, Saroni BSc, SPd. Dikatakan Saroni, jika pihaknya harus mengulang dari awal, selain proses penyusunannya memakan banyak waktu, juga memakan biaya cukup banyak. ”Biaya pembuatan portofolio sekitar Rp 900.000 sampai Rp 1.200.000,” imbuh Saroni yang mengajar di SMK Wisnuwardhana Kota Malang ini. Lebih lanjut Saroni menginginkan pihaknya tidak harus mengulang proses sertifikasi mulai awal lagi. Pasalnya, berdasarkan undangan yang diterimanya pada Oktober 2008, Ia bersama teman-temannya di FPK PLPG sudah lulus PLPG, sebuah jenjang sebelum kelulusan sertifikasi. ”Dengan demikian tidak ada dasar bagi PSG Rayon 15 UM untuk mewajibkan kami mengikuti penilaian portofolio. Apalagi dikaitkan dengan keputusan, bagi peserta PLPG 2008 karena alasan tertentu seperti naik haji maupun sakit, langsung menjadi peserta PLPG 2009 tanpa mengulang lagi pembuatan portofolio,” jelas Saroni.

sumber : Koran Pendidikan

Komentar
  1. sugiarno berkata:

    Sudah, jangan terbuai mimpi sertifikasi. Proyek tersebut tidak diperuntukkan bagi guru yang jauh dari lingkaran kekuasaan dan tidak memiliki nilai tawar. Meski mereka berdedikasi, berprestasi, kreatif, komit, atau apapun namanya terhadap bidang tugasnya. Sabar, rejeki Tuhan YME pasti akan datang dengan cara lain. Salam.

Tinggalkan Balasan ke sugiarno Batalkan balasan